Kenapa kita harus ngotot membela seorang tokoh, beberapa individu, sebuah partai, yayasan, organisasi, pergerakan, perhimpunan, kesatuan aksi, atau apapun namanya kalau ternyata mereka menyimpang dari jalan Rasul dan para Sahabat?
Arsip Tag: Salafi
Pengumuman Bagi Peserta Program at-Tarbiyah
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Dengan ini, diumumkan kepada segenap peserta program Belajar Tauhid Jarak Jauh at-Tarbiyah, bahwa berkaitan dengan kelancaran kegiatan belajar mengajar maka kami memohon untuk kepada segenap peserta untuk kembali melakukan daftar ulang via e-mail ke alamat e-mail kami : santritauhid@gmail.com
Larangan Beribadah Kepada Selain Allah
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Tidaklah Kami mengutus sebelum engkau [Muhammad] seorang rasul pun melainkan Kami wahyukan kepadanya; tidak ada ilah [yang benar] selain Aku, maka sembahlah Aku [saja].” (QS. Al-Anbiya’: 25)
Imam al-Baghawi rahimahullah menafsirkan makna perintah ‘sembahlah Aku’ dengan ‘tauhidkanlah Aku’ (lihat Ma’alim at-Tanzil, hal. 834)
Hakikat dan Kedudukan Tauhid
Urgensi Ilmu Sebelum Berkata dan Beramal
Aswaja atau Bukan Aswaja?
Segala puji bagi Allah, Rabb seru sekalian alam. Salawat dan keselamatan semoga terlimpah kepada Nabi pembawa rahmat, pemimpin para rasul dan nabi-nabi. Amma ba’du.
Mencukupkan Diri Dengan Tuntunan dan Menjauhi Bid’ah
Bid’ah secara bahasa artinya adalah perkara yang diada-adakan. Kalau ditinjau dari makna istilahnya, bid’ah artinya segala sesuatu yang diada-adakan di dalam agama yang menyelisihi pijakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, baik berupa akidah maupun amalan. Hukum dari bid’ah itu adalah haram berdasarkan firman Allah ta’ala (yang artinya), “Barangsiapa yang menentang Rasul setelah jelas baginya petunjuk dan dia mengikuti selain jalan orang-orang yang beriman, maka Kami akan membiarkannya terombang-ambing dalam kesesatan yang dipilihnya, dan Kami akan memasukkannya ke dalam Jahannam, dan sesungguhnya Jahannam itu adalah seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. an-Nisaa’: 115). Dan juga sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Jauhilah oleh kalian segala perkara baru yang diada-adakan -dalam agama- karena sesungguhnya setiap perkara yang diada-adakan itu adalah bid’ah, dan setiap bid’ah pasti sesat.” (lihat Syarh Lum’at al-I’tiqad oleh Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah, hal. 40 tahqiq Asyraf bin Abdul Maqshud)
Hakikat Kalimat Tauhid [Bagian 3]
Tafsir Kalimat Tauhid
Syahadat laa ilaha illallah maknanya adalah seorang hamba mengakui dengan lisan dan hatinya bahwa tidak ada ma’bud [sesembahan] yang benar kecuali Allah ‘azza wa jalla. Karena ilah bermakna ma’luh [sesembahan], sedangkan kata ta’alluh bermakna ta’abbud [beribadah]. Di dalam kalimat ini terkandung penafian dan penetapan. Penafian terdapat pada ungkapan laa ilaha, sedangkan penetapan terdapat pada ungkapan illallah. Sehingga makna kalimat ini adalah pengakuan dengan lisan -setelah keimanan di dalam hati- bahwa tidak ada sesembahan yang benar selain Allah; dan konsekuensinya adalah memurnikan ibadah kepada Allah semata dan menolak segala bentuk ibadah kepada selain-Nya (lihat Fatawa Arkan al-Islam hal. 47 oleh Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah)
EMPAT KAIDAH DASAR [bagian 8]
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah berkata:
Dalil bahwasanya ada diantara mereka (orang musyrik) yang memuja matahari dan bulan adalah firman Allah ta’ala (yang artinya), “Diantara tanda kebesaran Allah adalah malam dan siang, matahari dan bulan, maka janganlah kalian sujud kepada matahari atau kepada bulan. Akan tetapi sujudlah kepada Allah yang telah menciptakan itu semua, jika kalian benar-benar beribadah hanya kepada-Nya.” (QS. Fushshilat: 37)